Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra

Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra
Logo Perpustakaan

Perpustakaan

Surganya para pecinta buku, tempat menambah wawasan, membuka jendela dunia, tempat berbagi pengalaman, dan tempat having fun.

Dengan blog ini, kami mencoba berbagi pengetahuan dan pengalaman-pengalaman menarik yang kami alami di perpustakaan.

So, read it and find it out!! :D

Kamis, 03 November 2011

Penyamakan Kulit Binatang

 Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :"Jika Kulit Binatang telah disamak maka ia menjadi suci" (riwayat oleh muslim)

Menurut riwayat Imam Empat :"Kulit binatang apapun yang telah disamak (ia menjadi suci)."

Dari Salamah Ibnu Al-Muhabbiq r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :" Mensucikan kulit binatang adalah dengan menyamaknya." (hadits shahih menurut Ibnu Hibban)

Maimunah r.a. berkata bahwa Rasulullah s.a.w. melewati seekor kambing yang diseret orang-orang. Beliau bersabda :"Alangkah baiknya jika engkau mengambil kulitnya." Mereka berkata: "kambing ini sudah menjadi bangkai," Beliau bersabda: "Kulitnya dapat disucikan dengan air dan daun salam." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i)


                    Samak ialah menyucikan kulit hewan selain anjing dan babi dengan syarat-syarat tertentu.
Ia menggunakan bahan-bahan yang bersifat tajam (peluntur) seperti tawas, bahan kimia dan sebagainya.
Bahan-bahan tersebut dapat menanggalkan dan menghilangkan semua kekotoran dan lendir yang mengandungi kuman­-kuman penyakit yang melekat pada kulit binatang tersebut.
Akan tetapi dalam masalah menggunakannya untuk kepentingan ibadat solat, seperti dibuat pakaian untuk menutup aurat dan seumpamanya, ataupun untuk kegunaan menyimpan barang yang basuh seperti air dan seumpamanya, tidak harus menggunakan kulit yang telah siap disamak bagi tujuan-tujuan tersebut (untuk dibawa sembahyang dan menyimpan benda yang basah) melainkan setelah dicuci dengan air, walaupun ia disamak dengan bahan yang suci, apatah lagi jika kulit itu disamak dengan menggunakan bahan penyamak yang najis, kerana kulit yang telah disamak itu diumpamakan seperti pakaian yang terkena najis.
Adapun jika dibersihkan najis itu dengan air sebelum kulit itu disamak adalah tidak memadai. Sebagai contoh, jika kulit yang belum disamak itu terkena najis mughallazhah lalu disucikan dengan air sebanyak tujuh kali di mana salah satunya bercampur tanah, maka tidak diterima thaharah (penyucian) itu. (Nihayah al-Muhtaj, Kitab ath-Thaharah, Bab an-Najasah Wa Izalatuha : 1/251 , Al-Minhaj fi Syarh Shahih Muslim, Kitab al-Haid, Bab Thaharah Julud al-Maitah, Mughni al-Muntaj, Kitab ath-Thaharah, Bab an-Najasah).
Kesimpulannyaa, sungguhpun kulit yang sudah disamak dianggap suci dari segi di mana sebelumnya ia dianggap sebagai bangkai, akan tetapi ia belum boleh dimanfaatkan (kecuali dalam masalah jual beli) melainkan setelah dibersihkan terlebih dahulu dengan air setelah kulit berkenaan siap disamak. Adapun pembersihan kulit dengan menggunakan air sebelum atau semasa kulit disamak adalah tidak memadai.

setiap umat Islam perlu berhati-hati dalam meilih keperluan masing-masing. Pastikan pilihan kita bukan daripada kulit yang najis itu.
  • 1. Tujuan menyamak ialah untuk menyucikan kulit yang najis (bangkai).
  • 2. Hukum menyamak kulit adalah harus.
  • 3. Menyamak tidak tertentu kepada orang Islam sahaja bahkan orang kafir pun boleh menyamak asalkan ia mengikut cara yang dilakukan oleh orang Islam.
  • 4. Hubungan menyamak kulit dengan kehidupan manusia:
Untuk menambahkan ekonomi bagi mereka yang melakukannya. Untuk mengelakkan daripada pembaziran.
  • 5. Hanya kulit sahaja yang boleh disamak, tidak boleh pada kuku, gigi dan tulang.
  • 6. Takrif dan pengenalan bangkai :
Binatang yang halal dimakan yang mati tidak disembelih mengikut cara-cara Islam. Binatang yang haram dimakan yang mati sama ada disembelih atau tidak, tetap ia menjadi bangkai.
  • 7. Binatang-binatang yang mati termasuk dalam jumlah bangkai:-
Binatang yang disembelih dengan menggunakan tulang. Binatang yang disembelih oleh orang Majusi (orang yang menyembah api) Sembelihan orang-orang yang berihram (Ihram haji atau umrah)
  • 8. Binatang yang tidak suci kulitnya walaupun disamak:
  • Babi
  • Anjing
  • Anak yang dilahirkan daripada perkahwinan di antara anjing dan babi
  • Anak yang dilahirkan daripada perkahwinan binatang yang halal dengan anjing atau babi.
  • 9. Alat-alat yang digunakan untuk menyamak kulit iaitu sesuatu yang tajam rasanya atau kelat seperti tawas, cuka, asam, limau dan sebagainya.
  • 10. Cara menyamak kulit binatang :
Terlebih dahulu hendaklah disiat kulit binatang daripada anggota badan binatang (setelah disembelih). Dicukur semua bulu-bulu dan dibersihkan segala urat-urat dan lendir-lendir daging dan lemak yang melekat pada kulit. Kemudian direndam kulit itu dengan air yang bercampur dengan benda-benda yang menjadi alat penyamak seperti asid dan bahan kimia sehingga tertanggal segala lemak-lemak daging dan lendir yang melekat di kulit tadi. Kemudian diangkat dan dibasuh dengan air yang bersih dan dijemur.
  • 11. Kulit yang disamak itu haram dimakan kerana boleh mendatangkan mudarat pada anggota badan manusia.

  • 12. Maksud perkataan suci zahir dan batin pada menyamak kulit binatang:
Suci pada zahir itu ialah ialah sebelah luar tempat tumbuh bulu yang telah dicukur dan kulit itu melekat pada daging. Suci pada batin ialah di sebelah dalam kulit yang bermakna kulit itu dibelah maka bekas belahan itu suci.
  • 13. Bulu-bulu binatang yang telah disamak dan terlekat pada kulit kiranya sedikit adalah dimaafkan.
  • 14. Hubungan menyamak kulit binatang dengan ilmu-ilmu yang lain:
Pada Ilmu Muamalat kulit yang telah disamak boleh dijualbeli. Pada Ilmu Jinayat kulit yang telah disamak boleh dipotong tangan apabila dicuri. Pada Ilmu Faraid kulit yang telah disamak boleh dipusakakan
  • 15. Kesimpulan ialah menyamak kulit binatang adalah bertujuan menyucikan kulit.
( Kitab Matlaal Badrain - Syeikh Daud Fattani )


Sabtu, 22 Oktober 2011

Unta Nabi Shaleh

"Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, kamu akan ditimpa siksa yang pedih" (Al-A'raaf:73)


Aku semata-mata adalah kebaikan yang tidak mengenal kejahatan, lebih suci dari semua yang suci. Itulah aku.
  
aku tidak pernah menyakiti siapapun dan setelah aku dilahirkan. Tapi meskipun demikian, aku telah disembelih tanpa satu dosa pun yang kuperbuat. Meskipun Allah telah mengancam orang yang melakukan itu. Meskipun karena semula aku telah dibantai.


Membantaiku sama artinya dengan membantai kesucian di permukaan bumi, dan boleh jadi tragedi pembantaianku adalah awal munculnya undang-undang yang memaksa kebaikan untuk mempersembahkan darahnya pada drama pembantaian kehidupan. Ya....hidupku memang menakjubkan.


Aku dilahirkan di pangkuan sebuah gunung tinggi dengan satu kalimat dari Allah. Aku adalah bagian dari batu-batu gunung yang besar. Aku tidak mengenal diriku selain sebagai sebuah bongkahan batu. Kemudian batu yang keras itu berubah menjadi daging yang lembut, darah mengalir dalam urat, dan membentuk susu. Dadaku penuh dengan air susu. Setelah aku melahirkan, aku beri anakku minum dengan susu yang telah diberkahi Allah. Aku telah memberi minum beribu-ribu orang-orang kelaparan dan kehausan dari air susuku.

Sehari mereka kuberi minum dan di hari berikutnya aku memberi minum anakku yang masih kecil.

Aku tidak mengenal orang-orang yang telah kuberi minum dari air susuku. Aku tidak mengenal mereka dan nama-nama mereka. Aku memberi minum secara cuma-cuma tanpa bayar, selain mereka harus bersyukur kepada Allah ketika dahaga mereka hilang.

meskipun demikian, aku tetap saja dibunuh. Hari itu sebilah pisau mendarat dileherku. Aku sekarang sudah mati. Aku sudah mati beberapa detik yang lalu. Ketika sadar aku telah mati. Aku mencari tinta untuk menulis tapi aaku tidak menemukan selain seutas benang yang basah oleh darahku. Dengan itulah aku tulis kisah ini. Seandainya kisah ini tidak sempurna, itu bukan karena aku tidak mau menyempurnakannya


Aku mati dan sebuah senyuman  masih mengambang di wajahku. Apakah seekor unta dapat tersenyum? Ya, bila ia benar-benar seekor unta, bila ia adalah penjelmaan seekor hewan simbol sebuah ayat. Ketika Anda menjadi sesuatu dan di saat yang sama simbol bagi sesuatu yang lain, Anda tidak akan pernah mati atau anda akan mati tapi sebuah senyuman tetap mengambang di wajah anda. Orang mengira bahwa anda sedang tidur dan Anda akan bangun lagi. Alangkah besarnya malapetaka yang tibul dari perasaan manusia bahwa mereka akan mati dan tidak akan dibangkitkan untuk selama-lamanya.


Itulah malapetaka orang yang telah membunuhku. "Unta Shaleh", itulah namaku dalam sejarah manusia dan " Unta Allah" inilah namaku dalam kitab-Nya. "Wahai kaumku, unta Allah ini menjadi tanda bagimu..."


Allah telah menisbahkkanku pada-Nya sebagai sebuah kemuliaan bagiku. Aku adalah 'unta' dan bukan hanya unta biasa. Aku adalah penjelmaan untuk unta, sementara pada hakikatnya aku adalah satu ayat di antara ayat-ayat Allah, dan semua yang ada di alam ini adalah penjelmaan dari ayat. Dari mana aku harus memulai


baca kisah selanjutnya di Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra

Senin, 17 Oktober 2011

Intelektualisme PESANTREN

Kecenderungan khalayak di dalam memperbincangkan tokoh-tokoh pesantren umumnya terpaku pada dua hal, yaitu antara politik dan klenik. Penempatan tokoh pesantren dalam wacana politik biasa dilakukan oleh para peneliti, dalam maupun luar negeri. Sedikit banyak proteksi semacam itu dilatarbelakangi pengaruh sudah terlanjur menyitrakan pesantren sebagai komunitas tradisional. Kalaupun ada penelitian tokoh-tokoh pesantren, umumnya hanya terbatas pada sudut pandang kapabelitas mereka di panggung politik dalam kekuasaan. Ini dapat dibuktikan dengan banyaknya buku dan karya-karya tentang tokoh-tokoh pesantren dalam pergulatan politik dan kekuasaan. Adapun karya yang mengulas tentang jaringan intelektualisme pesantren relatif sangat sedikit. Sementara kecenderungan menempatkan tokoh pesantren dalam dunia klenik biasa dilakukan oleh masyarakat awam, yang memang mudah terpikat dengan kultur mistifikasi. Mungkin karena daya ingat masyarakat awam yang "catek", pengenalan terhadap sang tokoh justru biasa diperoleh dan dikait-kaitkan lewat kejadian yang luar biasa pada diri tokoh tersebut. inilah, barang kali, yang menjadi problem serius mengapa intelektualitas ulama pesantren belum bisa tergambarkan. Karena itulah kehadiran buku "Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran Pesantren" ini sangat diharapkan bisa menjadi media alternatif sebagai jawaban atas masalah tersebut. Anda bisa membacanya di Perpustakaan Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra

Sabtu, 15 Oktober 2011

"The Constant Gardener" by John le Carre

  Di tepi Danau Turkana, Kenya, seorang isteri diplomat Inggris tewas terbunuh dengan tragis. Justin Quayle memutuskan untuk menyibakkan tabir gelap yang menyelubungi kematian Tessa, istrinya, dan teman seperjalananny, seorang dokter berkebangsaan Belgia bernama Dr. Arnold Bluhm. Penyelidikan itu ternyata membuatnya terseret dalam konspirasi kejam antara sebuah perusahaan farmasi raksasa, para birokrat haus kekuasaan di Departemen Luar Negeri, dan tokoh ternama dalam kancah politik Inggris. Justin pun harus mempertaruhkan nyawa dan kariernya sebagai diplomat ketika berusaha menyusuri jejak yang ditinggalkan Tessa dan mengungkapkan kebusukan dalam sistem kapitalisme global.

Selain menampilkan kisah seru politik internasional, perdagangan ilegal, dan permasalahan yang menimpa dunis ketiga seperti Kenya, John le Carre juga piawai mengetengahkan nilai-nilai universal tentang kehidupan: menggugah pembaca untuk mampu berpikir lebih jauh tentang konflik antara sisi gelap dan terang dari karakter manusia dan merasakan kekuatan cinta sepasang insan yang berbeda pandangan.

baca cerita selengkapnya dari novelnya di Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra

Jumat, 14 Oktober 2011

Macam-macam air menurut hadist

Para pengunjung sekalian, air sangat diperlukan bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini. Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Nah, tidak hanya dalam hal kelangsungan hidup saja air itu diperlukan, tetapi dalam hal ibadah air juga diperlukan sebagai salah satu mediator penyuci tubuh dari hadas kecil/besar dan najis. Apabila hendak sembahyang tetapi tubuh belum disucikan, maka sembahyang kita belum tentu sah.
Pada pembahasan ini kita akan memberitahukan hadis-hadis tentang macam-macam air.
"Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang (air) laut. 'Laut itu airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal' " (dikeluarkan oleh imam Empat dan Ibnu Syaibah. lafadz hadis menurut riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap sahih oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi. Malik, Syafi'i dan Ahmad juga meriwayatkannya)

"Dari Abu Said Al-Khudry r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :'Sesungguhnya (hakekat) air adalah suci dan mensucikan, tak ada sesuatu pun yang bisa menajiskannya.'" (dikeluarkan oleh Imam Tiga dan dinilai shahih oleh Ahmad)

"Dari Abu Umamah Al-Bahiliy r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:' Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskan air kecuali oleh sesuatu yang dapat merubah bau,rasa, atau warnanya."( dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan dianggap lemah oleh Ibnu Hatim)

"Dari Abdullah Ibnu Umar r.a. berkata : 'Bahwa Rasulullah SAW bersabda:" jika banyaknya air sudah mencapai dua kullah, maka ia tidak mengandung kotoran." Dalam lafadz lain disebutkan:"Tidak bernajis" (Dikeluarkan oleh Imam Empat dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Hakim, dan Ibnu Hibbah)

dan masih ada hadis-hadis lain yang membahas tentang macam-macam air. Anda bisa menemukannya di Kitab-kitab yang tersedia di Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra. Kunjungan Anda kami nantikan :)

Kamis, 13 Oktober 2011

Selamat Datang di Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra

                  Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra adalah salah satu kelengkapan dari Fasilitas di Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra. Beberapa tahun kebelakang, perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra sempat terpuruk dan hampir tidak terawat, dari segi administrasi juga kokleksi buku-buku didalamnya.Tetapi mulai tahun ajaran 2011/2012 Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra seolah terlahir kembali setelah lama tidak terawat. Perpustakaan Ibnul Qoyyim tampil dengan muka baru dan fasilitas yang cukup memadai. Diantara fasilitas yang sekarang sudah tersedia di Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra adalah ruangan dengan setingan lesehan ( lantai berkarpet), kipas angin. full musik, Wi-Fi area, koleksi kitab-kitab berbahasa Arab, buku-buku pelajaran MTs-MA, Al-Qur'an dan terjemahannya, dan koleksi lainnya.
                   Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra menitik beratkan pada kenyamanan pengunjungnya dan fasilitas yang menunjang kenyamanan pengunjung. Pengunjung dapat meminjam buku atau membacanya ataupun hanya sekedar untuk ber-WiFi ria.
                   Apabila berkenan, silakan mengunjungi Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra di Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra jln Jogja-Wonosari Km 10.5, Tegalyoso, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta.