Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra

Perpustakaan Ibnul Qoyyim Putra
Logo Perpustakaan

Perpustakaan

Surganya para pecinta buku, tempat menambah wawasan, membuka jendela dunia, tempat berbagi pengalaman, dan tempat having fun.

Dengan blog ini, kami mencoba berbagi pengetahuan dan pengalaman-pengalaman menarik yang kami alami di perpustakaan.

So, read it and find it out!! :D

Selasa, 20 November 2012

Kimia Analisis : REDOKS


KIMIA ANALISIS

TITRASI REDUKSI OKSIDASI

(penetapan kadar reduktor / oksidator )

·      Oksidasi        àpelepasan elektron
·      Reduksi         à pengikatan  elektron

Oksidasi          :  Fe2+             →    Fe3+ +   e
Reduksi           :  Ce4+ +  E   →   Ce3+
Redoks            :  Fe2+ Ce4+  →  Fe3+ +   Ce3+

·       Jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor =  jumlah elektron yang diikat oleh oksidator.
·       Analog dengan reaksi asam basa, dimana proton yang dilepaskan oleh asam dan proton yang diikat oleh basa selalu sama.
·       Karena reaksi berlangsung dalam larutan air ,maka koeficien reaksi air (H+ atau OH-) dapat diikutsertakan dalam reaksi.
Oksidasi          :  Fe2+                                 →    Fe3+ +   e …………………………… 5x
Reduksi           :  MnO4- +  8 H+ +  5 e-      →   Mn2+ +  H2O
Redoks            :  5 Fe2+ MnO4                               →  8 H   +   5 Fe3+ +  Mn2+ +  4  H2O







Berat Equivalent
BE    =  Berat Molekul/ e-
Eq     = grams/BE                          Milliequivalent   = mgrams/BE
Normality = Eq/liters                         Normality   = meq/ml

Hasil dari titrasi Alanit (A) dengan Titran ( T) :
                                           (mlB)(NB)(BE) = mg T
                         (mgB)(100)/mg sample = % T
          (mlB)(NB)(BE)(100)/mg sample =  % T



Nilai BE à  0.001 <BE<1.000 Mol Elektron

·       As2O3 +  2 O                  →    As2O5                                                                                   BE As2O3 =  1/2  mol(Ocl)2
·       Ca(Ocl)2 +  4 HCl           →  CaCl2 +  2 H2O +  2 Cl2                                          BE Ca(Ocl)2 =  ¼ mol
·       H2O2 +  2  HI                 →  2  H2O +  I2                                                                       BE H2O2 =  ½ mol
·         2 KmnO4 +  3H2SO4          →  K2SO4 + 2MnSO4 +  3H2O +  5 O        BE KMnO4 =  1/5  mol









Bilangan oksidasi
·       Untuk menentukan BE dapat juga dilakukan  dengan menghitung  bilangan oksidasi(tingkat oksidasi).
·       Perubahan bilangan oksidasi menunjukkan jumlah elektron yang diikat atau dilepaskan pada reaksi redoks.
 Aturan dalam menetapka bilangan oksidasi :
·       Bilangan oksidasi dari ion sederhana (monnoatomik) sama dengan muatannya.
·       Jumlah bilangan oksidasi dari molekul adalah nol.
·       Jumlah bilangan oksidasi dari atom-atom yang menyusun ion sama dengan muatan dari ion tersebut.
·       Bilangan oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan hidrida, masing-masing adalah -1, 0 dan +2).
·       Bilangan oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan hidrida, masing-masing adalah 0 dan -1).
·       Bilangan oksidasi dari logam, yaitu sama dengan valensinya dan diberi tanda positif.



Contoh :
·       MnO4- +  5  e- →  Mn2+
MnO4- bilangan oksidasi dari O  =  4 x -2 = -8 (muatan -1)
bilangan oksidasi dari Mn  =  +7
 Mn7+ menjadi Mn2+ diperlukan 5 e.
BE MnO4-= 1/5  mol
·       MnO4- →  MnO2
 MnO2 bilangan oksidasi  O  =  -4,
bilangan oksidasi dari Mn  = +4.
 Mn7+ menjadi Mn+4 diperlukan 3 e.
BE MnO4- =  1/3  mol



Indikator redoks
·       Indikator adalah senyawa organik yang jika dioksidasi / direduksi akan mengalami perubahan warna.
·       Potensiometrik (dengan mengukur loncatan potensial larutan) juga dapat digunakan sebgai indikator.

nok + n e →  Inred

Warna indikator oksidasi tidak sama dengan warna indikator reduksi.





Titrasi Iodometri
·       Titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri
·       Titrasi redoks yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri.
IODIMETRI
·       Untuk menentukan kadar reduktor
contoh : SO2, H2S, Zn2+ , Cd2+ , Hg2+ , Pb2+, Cisteine, glutathione, mercaptoethanol, Glucose (dan gula-gula pereduksi lain)
·       Satu reaksi
·       Larutan standar yang digunakan adalah Iodin (I2)
IODOMETRI
·       Untuk menentukan kadar oksidator
contoh :HOCl, Br2, IO3- , IO4- , O2, H2O2, O3, NO2-, Cu 2+, MnO4-, MnO2
·       Dua reaksi
·       Larutan standar: natrium tiosulfat (Na2S2O3)

Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.  Reaksi antara iodium

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Titrasi Vitamin C

Vitamin C ( ascorbic acid)  merupakan  antioxidant. Zat ini dengan mudah teroksidasi menjadi asam  dehydro ascorbic. Dalam analisis  iodometrik, ascorbic acid dioksidasi  iodine (I2).
C6H8O6 (ascorbic acid) + I2 C6H6O6 (dehydroascorbic acid) + 2I- + 2H+

Pelarutan
  • Larutan   0.05 M larutan iodine .
  • Larutan Sodium thio sulphate .
  • Padatan  KI dana larutan of KIO3
  • Indicator  tapioka (starch).
  • Larutan  vitamin-C
Sample uji  vitamin C 0.61-0.80 g ( bisa diperoleh dalam: tablet vit C, juices;  buah-buahan dll) dilarutkan dalam air.

 

 

Procedure  titrasi


Membuat larutan Standar thiosulfate.
  • Buat larutan KIO3  + padatan  KI dan  0.5 M H2SO4.
  • Campuran  larutan tersebut dititrasi dengan thiosulfate hingga warna kuning hilang.
  • Ditambah indikator tapioka/starchsampai warna menjadi biru. End point tercapai.
  • Molarity  sodium thio sulphate dapat  dihitung.
Analisis Vitamin C
  • Ambil dengan pipet larutan larutan sample ascorbic acid ( campuran H2SO4 +  potassium iodide (KI)  +  standard KIO3). Kemudian diititrasi dengan larutan  thiosulfate.
  • Tambah indikator sebelum  end point.
  • KIO3  akan bereaksi dengan  KI dan membebaskan iodine (I2)
KIO3 + 5KI + 6H+ 3I2 + 6K+ + 3H2O
ascorbic acid (C6H6O6)  dan ion iodide (I-)  terbentuk :
C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2I- + 2H+

Pada  end point, akan terlihat warna biru:

Perhitungan

  • Berat KIO3 = 0.664 g
  • Volume I larutan standar Na2S2O3  = 23.63 cm3
  • Berat sample vit C  = 6.863 g
  • Volume  II Na2S2O3  titrasi ulang dengan  I2 = 9.60 cm3

Larutan standar Na2S2O3 :
Koncentrasi molar  [KIO3]  = 0.664*39.1+126.9+3
16 ÷ 250/1000 = 0.0124M
Mole  KIO3  dalam  25cm3 = 0.0124 x 251000 = 3.1 x 10-4 mol
Keseimbangan reaksi  KIO3  KI :
KIO3 + 5KI + 3H2SO4 3I2 + 3H2O + 3K2SO4
Jumlah mole yang terbebas  I2 dalam  25cm3 = 3 (3.1 x 10-4) = 9.3 x 10-4 mol
2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2NaI
                                                     mole  Na2S2O3 = 9.3 x 10-4 x 2 = 1.86 x 10-3 mol
                                                   Koncentrasi molar  [ Na2S2O3 ] = 0.0787 M


Berat  ascrobic Acid dalam tablet
·       Dalam  volume of Na2S2O3  dibutuhkan titrasi = 9.6 cm3
·       M mole Na2S2O3 = Mole  unreacted I2 = (7.56 x 10-4 ) / 2 = 3.78 x 10-4 mol
·       Dalam mole  I2  dalam 25cm3 = 9.3 x 10-4 mol
·       Jumlah  I2 yang bereaksi dengan  ascorbic acid = jumlah ascorbic acid= (9.3 - 3.78) X 10-4 = 5.52 X 10-4 mol. Setara dengan  mole ascorbic acid dalam 25cm3.
·       Sehingga total mole  acid dalam larutan 250cm3  = 5.52 x 10-3mol
·       Berat  ascorbic acid = 176 (5.52 x 10-3) = 0.972 g = 972 mg

 

 

 

 

 

Penentuan Cu dalam sampel Bijih Tembaga

·       Suatu cara untuk menentukan Cu dalam sampel bijih tembaga dilakukan dengan cara melarutkan sampel dengan asam nitrat.
3 Cu + 2 NO3- + 8 H+        à3 Cu2+ + 2 NO + 4 H2O
Nitrat yang ada dihilangkan dengan asam sulfat, dinetralkan kembali dengan penambahan amonia, dan diasamkan kembali dengan asam fosfat.
Cu (II) yang terbentuk direaksikan secara kuantitatif (berlebih) dengan ion iodida (KI).
2 Cu2+ + 4 I- → 2 CuI + I2
Iodin (I2) yang terbentuk dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 dengan indikator amilum.
2 S2O32- + I2 → S4O62- + 2 I-
Endapan CuI yang terbentuk dapat mengikat I2 yang akan terlepas pada saat titik akhir titrasi. Untuk itu kalium thiosianat perlu ditambahkan untuk melepaskan I2 yang diikat oleh CuI.
CuI : I 2 + SCN- → CuI : SCN + I2
Natrium thiosulfat (Na2S2O3) harus distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar kalium iodat (KIO3). Kalium iodida (KI) ditambahkan kedalam KIO3 dan I2 yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
IO3 - + I- + 6H+ → 3 I + 3 H O

STANDARISASI LARUTAN Na2S2O3 DENGAN LARUTAN KIO3
  • Ditimbang dengan teliti sekitar 0,3 gram KIO3 dilarutkan dengan aquades sampai 100 mL dalam labu ukur. Larutan tersebut adalah KIO3 0,1000 N.
  • Ditimbang sekitar 12,5 gram Na2S2O3.5H2O dan larutkan dengan aquades yang telah dididihkan sampai 500 ml didalam labu ukur.
  • Ambil 20,00 mL larutan KIO3 0,1000 N dengan pipet volume, tuangkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 1 gram KI, larutan akan berwarna coklat.
  • Titrasi larutan KIO3 tersebut dengan larutan Na2S2O3 sampai mendekati titik ekivalen (sampai larutan berwarna coklat muda atau kuning).
  • Tambahkan 2 mL larutan amilum 0,8%, larutan akan berwarna biru.
  • Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang.
  • Normalitas larutan Na2S2O3 dapat dihitung.

PELARUTAN SAMPEL
  • Ditimbang dengan teliti 0,3000 gram sampel bijih tembaga di dalam gelas kimia 250 mL. Tambahkan 5 mL larutan HNO3 4 M.
  • Larutan dipanaskan dengan suhu rendah sampai sampel melarut, kemudian diuapkan sampai berwarna putih, Biarkan agar dingin
  • Tambahkan 20 mL aquades dengan hati-hati, kemudian dididihkan sekitar 1-2 menit dan dinginkan kembali.
  • Tambahkan larutan NH3 (1:1) tetes demi tetes sampai warna biru gelap terbentuk.
  • Tambahkan larutan H2SO4 6 N tetes demi tetes sampai warna biru hampir hilang.
  • Tambahkan 2 mL H3PO4 85%. Dinginkan larutan tersebut pada suhu kamar
  • Larutan dapat dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 dengan cara berikut

TITRASI LARUTAN SAMPEL DENGAN LARUTAN Na2S2O3.
  • Tambahkan 10 mL larutan KI 40% kedalam larutan sampel diatas, larutan akan berwarna coklat.
  • Titrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sampai berwarna kuning atau coklat muda.
  • Tambah 2 mL larutan amilum, larutan akan berwarna biru. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Hitung kadar Cu dalam sampel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penentuan Fe dalam Sample Bijih Besi Secara Titrasi Oksidasi dengan Bikhromat

·      
Besi di dalam sampel bijih besi dapat dianalisa dengan cara melarutkan sampel bijih besi kedalam HCl untuk membentuk besi (III).
F2O3 + 6 H+  à2 Fe3+ + 3 H2O
Selanjutnya besi (III) yang terbentuk direduksi dengan SnCl2 untuk membentuk besi (II).
2 Fe3+ + Sn2+ à Sn4+ + 2 Fe2+
SnCl2 yang ditambahkan sebaiknya tidak berlebihan. SnCl2 yang terlalu banyak akan bereaksi dengan HgCl2 yang ditambahkan untuk mengetahui adanya kelebihan SnCl2 yang terlalu banyak, dalam hal ini SnCl2 akan mereduksi Hg (II) menjadi Hg logam yang berwarna abu-abu sampai hitam. Bila terjadi seperti itu maka pelarutan sampel bijih besi diulang dari awal.

Besi (II) yang terbentuk dititrasi dengan larutan standar kalium dikromat K2Cr2O7 dalam suasana asam dengan indikator difenil amin.
6 Fe2+ + Cr2O72- + 6H+ → 2 Cr3+ + 6 Fe3+ + 7 H2O

Untuk menentukan kadar (%) besi (Fe) secara titrasi oksidasi reduksi dengan kalium dikhromat.

MENYIAPKAN LARUTAN STANDARD K2Cr2O7 0,1 N.
  • Timbang dengan teliti sebanyak 0,2– 0,3 gram K2Cr2O7 yang telah dikeringkan didalam oven
  • Larutkan dengan aquades sampai 250 mL didalam labu ukur. Larutan ini akan menghasilkan larutan K2Cr2O7 0,1000 N.
  • BE K2Cr2O7 = 1/6 Mr K2Cr2O7

MELARUTKAN SAMPEL BIJIH BESI DAN MEREDUKSI BESI (III).
  • Menimbang dengan teliti sekitar 0,5 gram sampel bijih besi didalam beaker glass 500 mL.
  • Tambahkan 10 mL larutan HCl 12 M dan tutup dengan kaca arloji
  • Panaskan diatas hot plate dibawah titik didih sampai sampel larut (sekitar 20-50 menit) yaitu larutan sampai berubah menjadi kuning, ini menunjukkan terbentuknya besi (III)].
  • Larutan diuapkan sampai sekitar 5 mL dan larutkan dengan aquades sampai 15 mL.
  • Larutan dipanaskan sampai mendidih
  • Tambahkan larutan SnCl2 0,5 M tetes demi tetes sampai warna kuning berubah menjadi warna hijau terang (kadang-kadang) tidak berwarna. Ingat : penambahan SnCl2 jangan terlalu berlebih.
  • Larutan dipanaskan lagi
  • Dinginkan sampai suhu kamar
  • Tambahkan 10 mL aquades dan 10 mL larutan HgCl2 0,25M disertai dengan pengadukan. Semua sisa SnCl2 akan teroksidasi menjadi Sn (IV).
  • Biarkan sekitar 3 menit, endapan putih (Hg2Cl2) akan terbentuk
  • Bila terbentuk endapan b erwarna abu-abu atau hitam. Itu berarti terbentuk Hg logam, larutan dibuang (preparasi diulang)
  • Bila larutan tetap berwarna putih maka titrasi dengan larutan standar K2Cr2O7 dengan cara dibawah.
  • Percobaan dilakukan 3 kali.

TITRASI LARUTAN SAMPEL DENGAN LARUTAN STANDAR K2Cr2O7
  • Larutan tersebut diatas encerkan dengan aquades sampai 50 ml dalam labu ukur.
  • Ambil 10,00 mL larutan tersebut dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
  • Segera tambahkan 100 mL aquades, 5 mL H2SO4 (1:5), 3 mL H3PO4 85% dan 5 tetes indikator difenil amin.
  • Larutan dititrasi dengan larutan standar K 2Cr2O7 0,1000 N yang telah disiapkan.
  • Percobaan dilakukan 3 kali
  • Hitung kadar besi (%) yang ada dalam sampel dengan persamaan :

FP = faktor pengenceran, dalam hal ini 50/10

 

 

 

 

 

Permanganometri

·       Titrasi ini dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
·       ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
·       ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
·       Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.



Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4

·       Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+¬.
 MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+

Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4

·       Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
                           H2O2        ↔  H2O  +  O2↑
·       Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

 

Latihan :
 0.2640 g  natrium oksalat dilarutkan dalam elmeter dan dititrasi dengan  potassium permanganat, saat terjadi equivalent  tercatat 30.74 mL. Reaksi kimia yang terjadi :
5Na2C2O4(aq) + 2KMnO4(aq) + 8H2SO4(aq) ---> 2MnSO4(aq) + K2SO4(aq) + 5Na2SO4(aq) + 10 CO2(g) + 8 H2O(l)
Ditanyakan :
a.     Tuliskan Reaksi yang terjadi ?
b.     Berapa mole natrium oksalat  dan potasium permanganat?
c.      Hitung juga molaritas potasium permnaganat ?
Jawab:
a.     0.2640 g / 134.00 g/mol = 0.001970149 mol
b.     Ratio molar  oksalat-permanganate molar =  5 : 2
0.001970149 mol oksalat  x  (2 mol permanganate / 5 mol oksalat) = 0.00078806 mol permanganate
c.   0.00078806 mol / 0.03074 L = 0.02564 M



Latihan 2:
Potassium dichromate digunakan untuk mentritrasi sample bijih besi. Sample terseeebut dilarutkan dalam larutan campuraaan asam  H3PO4/H2SO4  mengurangi  ion  Fe2+ . Kemudian larutan dititrasi degan  0.01625 M K2Cr2O7,  sehingga menghasilkan ion-ion  Fe3+ dan  Cr3+ dalam larutan asam terse ut.Untuk mencapai euivalent poit diutuhkan  32.26 mL   K2Cr2O7  untuk  1.2765 g  sample.
Hitung:
(a)  Reakasi keseimbangan titrasi tersebut dengan menggunakan metode  ½  reaksi.
(b)  Kadar (%) Fe dalam sample.
(c)  Tentukan jenis samplenya (Fe(IO3)2 , Fe3(PO4)2 , atau Fe(C2H3O2)2?

Jawab:
 (a):  6Fe2+ + Cr2O72¯ + 14H+ ---> 6 Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
Ratio ion dikromat : Fe :  = 1/6.
(b) :   Fe(II) dalam larutan :
(0.01625 mol/L) (0.03226 L) = 0.000524225 mol dichromate
0.000524225 mol  x  (6 mol Fe(II) / 1 mol dichromate) = 0.00314535 mol Fe(II)
0.00314535 mol Fe(II) x 55.845 g/mol = 0.175652 g
       %  dalam sample= 0.175652 g / 1.2765 g = 13.76%
 (c):  Fe(IO3)2  à% Fe: 55.845 g/mol dibagi  405.67 g/mol = 13.77%
Fe3(PO4)2 = 46.87%
Fe(C2H3O2)2 = 32.11 %













Tidak ada komentar:

Posting Komentar