Muhammad Bagus Arif - Chulalongkorn University, Thailand
Perjalanan
Menuju Thailand
Perjalanan
untuk kuliah di luar negeri seperti yang saya alami saat ini tidaklah instan. Ini
dimulai step by step dari masuk pondok sampai sekarang ini. Mengapa pondok
penting dalam perjalanan saya? Karena dari pondok saya mendapat beasiswa untuk
lanjut kuliah S1 dan dari kuliah S1 ini saya bisa lanjut S2 di luar negeri.
Pada
waktu pembekalan santri kelas 6, salah satu pembekalan diberikan oleh Alm. Ust.
Sunardi Sahuri r.a. dan salah satu pesan beliau yang menjadi motivasi saya
adalah “Jangan sampai berhenti hanya menjadi alumni Ibnul Qoyyim, lanjutkan ke
yang lebih tinggi”. Saya memaknai kalimat ini sebagai lanjut ke jenjang yang
lebih tinggi yakni dunia perkuliahan. Tentu dalam melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi diperlukan juga biaya yang tidak murah. Bapak saya pernah
menyampaikan kalau hanya membiayai sekolah sampai sekolah menengah atas aja
alias setelah lulus pondok kalau mau lanjut sekolah ya menggunakan uang sendiri.
Dari kedua pernyataan orang yang berpengaruh dalam hidup saya tersebut saya
kemudian mengambil keputusan bahwa saya akan lanjut kuliah tanpa meminta uang
sepersen-pun dari orang tua saya.
Dari
sana, saya kemudian mencari-cari informasi beasiswa untuk kuliah, baik itu
informasi dalam negeri maupun luar negeri. Saking inginnya saya untuk kuliah,
pernah suatu malam saya mimpi pergi ke kampus dan duduk di bangku perkuliahan. Sebagai
seorang santri, saya berbeda dengan santri yang lain. Saya ingin melanjutkan
kuliah dalam bidang eksak bukan bidang agama. Menurut saya, ada teman saya yang
ingin lanjut dalam bidang agama itu sudah cukup bagi pondok untuk melestarikan
dakwah. Saya ingin mencoba memahami dakwah dari segi lain, yakni dari segi ilmu
pengetahuan. Alhamdulillah dalam mencari informasi beasiswa ini saya dibantu
oleh seorang ustadz yang men-support keinginan diri saya ini.
Dalam
tahap awal mecari beasiswa ini, rata-rata dalam formulir pendaftaran beasiswa
terdapat kolom prestasi yang mana bisa menjadi poin tambahan bagi
pendaftar dan acuan bagi penyedia beasiswa tentang kelayakan pendaftar untuk
mendapatkan beasiswa. Prestasi ini bisa bentuk apa saja baik prestasi akademik
maupun non-akademik. Prestasi akademis bisa berupa prestasi di dalam kelas dan
kemampuan dalam satu bidang pelajaran. Prestasi non-akademis ini merupakan
jalur bagi mereka-mereka yang kurang dalam bidang akademik termasuk saya.
Prestasi non-akademis ini bisa berupa juara dalam bidang olahraga, seni, karya
tulis dan lain sebagainya. Oleh karenanya, jangan malu untuk ikut lomba-lomba
selama sekolah.
Salah
satu kemampuan yang Alhamdulillah saya miliki adalah Bahasa inggris, meskipun
belum cukup fasih karena saya mempelajari Bahasa inggris ini hanya dari sekolah
dan otodidak. Dengan bermodal kemampuan yang secukupnya ini saya pernah
mengikuti lomba debat Bahasa Inggris. Kalah itu adalah hal-hal biasa yang saya
alami dalam sebuah perlombaan, tapi pengalaman itu adalah yang lebih berharga
dari sebuah kemenangan. Alhamdulillah, pada lomba debat Bahasa Inggris tingkat
SMA se-kabupaten Bantul, tim kami menjadi juara 2. Ini salah satu prestasi
terbesar saya selama menjadi santri di pondok.
Kembali
ke pembahasan dalam mencari informasi beasiswa, sebenarnya di pondok ada
informasi beasiswa dari KEMENAG, dan bidik misi dari DIKTI (waktu itu), tetapi
saya mempunyai cita-cita untuk bisa kuliah di luar negeri sehingga fokus saya
adalah mencari informasi tentang beasiswa ini. Dengan memakai laptop pinjaman
dari ustadz saya, saya mencari informasi dari internet. Namun pada saat itu,
saya tidak menemukan beasiswa yang saya cari. Skenario Allah ternyata lebih
hebat, saya tidak langsung dapat beasiswa luar negeri tetapi saya diberi
beasiswa dalam negeri dulu yang mana dari sini bisa menjadi jalan untuk
mendapat beasiswa di luar negeri.
Waktu
itu saya sudah mendaftar beasiswa bidikmisi di UGM. Suatu waktu saya berpapasan
dengan seorang ustadz, beliau hanya bilang “eh di UII ada beasiswa juga
kayaknya”. Hanya itu kalimat ketika berpapasan dengan beliau. Dengan penuh
penasaran saya kemudian membuka computer dan segera searching tentang beasiswa
di UII. Alhasil, saya mendapat tentang informasi ini dari web resmi FTI UII,
namun deadlinenya hanya seminggu kemudian, sangat mepet sekali. Alhamdulillah
dengan bantuan petugas TU pondok, persyaratan bisa dilengkapi dengan segera.
Dari sini bisa diambil, meski kesempatan itu mepet, selama masih ada waktu
maka bisa dicoba.
Alhasil,
ketika hari pengumuman tiba Alhamdulillah saya diterima baik di UGM atau juga
UII. Saya itu adalah saat yang membingungkan karena harus memilih diantara dua
kampus yang menurut saya adalah kampus terbaik. Siapa yang tidak ingin bisa
kuliah di UGM? Namun disisi lain, UII mempunyai jurusan yang sesuai dengan
keinginan saya. Oh ya di UGM saya diterima di jurusan Dokter Tumbuhan (Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan, hehehe) sementara di UII saya diterima di jurusan
Teknik Kimia, jurusan yang menjadi keinginan saya ketika di bangku MA.
Setelah
berdiskusi dengan diri sendiri dan orang tua, bapak saya bilang “Pilihlah yang
sesuai dengan yang kamu inginkan, karena yang akan menjalani nanti dirimu
sendiri. Jangan sampai menyesal karena salah pilih.” Akhirnya saya memutuskan
untuk meninggalkan UGM dan memilih UII. Dan orang tua saya mendukung sepenuhnya
keputusan saya ini. Ini merupakan langkah awal bagi saya karena dengan keputusan
ini, saat ini saya bisa kuliah di Luar Negeri meskipun bukan lulusan PTN.
Exchange
Program UII – PPC Chulalongkorn University
Setelah
beberapa semester menjadi mahasiswa biasa di UII. Mahasiswa kupu-kupu kalau
orang bilang, kuliah-pulang-kuliah-pulang. Pada akhir semester 7, dimuat sebuah
pengumuman bahwa akan ada program exchange Batch 3 yang dimulai pada semester
genap, yang berarti semester 8 bagi saya. Mengingat program beasiswa saya hanya
mencakup 8 semester, mengikuti program ini merupakan gambling bagi saya, karena
kalau saya tidak lulus 8 semester saya harus membayar sendiri biaya SPP wajib
di semester berikutnya. Bismillah, dengan nama Allah, saya mencoba untuk
mengikuti program ini, karena ini merupakan cita-cita saya untuk bisa merasakan
atmosfir dari luar Indonesia.
Saya
pun mencoba melengkapi persyaratan untuk mendaftar di program ini yang secara
umum berupa IPK, wawancara dan skor tes Bahasa Inggris. Alhamdulillah untuk tes
Bahasa Inggris, nilai saya sudah mencukupi dan IPK saya pun juga tidak
jelek-jelek amat, sesuai standar persyaratan untuk beasiswa tetap mengalir pada
semester berikutnya. Untuk fase wawancara, ini mempunyai trik tersendiri.
Alhamdulillah juga saya pernah bergabung dengan organisasi Tim Promosi Fakultas
yang mempunyai program untuk mengenalkan Kampus dan Fakultas ke dunia luar,
khususnya anak-anak SMA-MA. Dari organisasi ini, saya mempunyai kesempatan
untuk melatih kemampuan berbicara saya yang sebenernya sudah dilatih melalui program
Muhadhoroh oleh bagian Bahasa di pondok dulu, dan kemampuan untuk
branding.
Alhamdulillah
pada hari pengumuman, nama saya tercantum dalam list mahasiswa yang lolos untuk
mengikuti program exchange 1 semester di Thailand. Keinginan saya yang kedua,
merasakan kuliah di LN, akan terwujud. Dari sini hal yang dapat diambil adalah,
dalam sebuah keputusan akan ada resiko yang menunggu, tinggal bagaimana diri
kita menyikapi dan mengatasi resiko yang muncul tersebut. Dalam kasus saya ini
adalah, resiko beasiswa habis sebelum masa study habis, dan lulus tidak 8
semester. Namun karena keinginan saya untuk mengikuti program ini sangat kuat,
terutama juga ingin jalan-jalan sebelum mengerjakan skripsi, hehe. Dengan
sebuah perencanaan pribadi dan pertolongan Allah, resiko tersebut bisa
teratasi.
Selama
program exchange 1 semester di Thailad, saya banyak mengenal budaya baru,
suasana baru dan lingkungan baru yang tidak saya dapat kalau hanya tanggal di
rumah. Diantaranya adalah kesulitan dalam berkomunikasi karena Bahasa yang
berbeda, rasa makanan yang berbeda dengan lidah, dan tingkah laku masyarakat
yan berbeda juga. Disini juga saya mencoba untuk menjalin hubungan dengan staff
atau petugas TU yang mengurusi kami selama program exchange ini, karena nanti
beliau yang akan menawari saya untuk kuliah S2 di PPC. Dari sini, silahkan
memanfaatkan kesempatan yang ada, buat kenalan, tidak harus dengan progresif
tetapi step-by-step, perlahan-lahan. Karena tentu saja untuk mengenal sesorang
pendekatannya tidak boleh agresif. Karena mungkin juga diri kita yang bukan
termasuk orang yang mudah bergaul.
Tawaran
S2 di Thailand.
Setelah
lulus dari UII, alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk bekerja di
Samarinda. Selama bekerja, saya tetap mempunyai keinginan untuk dapat kuliah di
LN. Maka, saya tetap melatih Bahasa Inggris saya karena itu adalah salah satu
pintu untuk mencapai keinginan tersebut. Bermacam cara yang saya pakai untuk
melatih kemampuan Bahasa Inggris saya adalah dengan mendownload applikasi games
tentang TOEFL/TOEIC, mencoba IELTS dari website dan mengikuti try out IELTS
atau TOEFL di lembaga bimbingan Bahasa Inggris disekitar Samarinda. Hal itu
saya lakukan ketika sedang tidak bekerja atau hari libur. Saya pun memberanikan
diri untuk mencoba tes IELTS yang cukup mahal dengan persiapan otodidak tanpa
mengikuti bimbingan sukses IELTS. Kuncinya adalah dengan terus berlatih dari
media yang ada baik internet atau smartphone. Alhamdulillah hasil yang saya
dapat cukup bagus namun belum cukup untuk memenuhi persyaratan kuliah di Eropa.
Namun saya tidak putus asa, saya pun mencari informasi beasiswa LN yang sesuai
dengan skor IELTS saya. Ada beberapa negara yang standar persyaratan skor
Bahasa Inggris sesuai dengan skor saya. Jadi dari sini, untuk mencari beasiswa
selain berusaha memenuhi skor persyaratan agar masuk, apabila skor kita tidak
cukup, maka kita balik dengan mencari beasiswa yang persyaratannya sesuai
dengan nilai kita.
Pada
suatu siang yang cerah, burung-burung berkicau, angin berhembus semilir, ada
chat pada aplikasi ‘LINE’ di HP saya. Chat ini ternyata berasal dari staff TU
di Thailand tempat saya exchange dulu. Singkat kata beliau kemudian menawarkan
apakah saya masih berminat untuk lanjut S2 disana. Beliau pun kemudian
memberikan saya informasi mengenai beasiswa tersebut, baik deadline,
persyaratan dan tata caranya.
Kemudian
saya lengkapi semua persyaratan yang diminta. Kebetulan juga saya sudah punya
skor IELTS jadi tinggal melengkapi syarat yang lain. Juga diperlukan
rekomendasi dari dosen di kampus. Alhamdulillahnya saya mengenal dosen2 yang
cukup mempunyai jabatan di kampus, dan beliau juga welcome terhadap permintaan
saya. Alhasil semua persyaratan tercukupi dan berkas saya pun diterima.
Jadi
berkas yang diperlukan antara lain:
-
Nilai IPK standar
diatas 3.3
-
Skor test Bahasa
Inggris (TOEFL ITP / IELTS)
-
Surat rekomendasi
dari Dosen atau atasan
-
Surat keterangan
sehat dari RS
-
Mengisi Form
-
Rencana penelitian
(optional)
Sebagai penutup kisah
saya, jika anda memiliki sebuah keinginan atau cita-cita yang baik, maka buatlah
itu sebagai motivasi diri dan pengingat untuk mencoba. Carilah banyak informasi
mengenai keinginan anda tersebut dan cobalah untuk menggapainya. Jangan merasa
minder dengan kemampuan diri, terkadang orang yang mendapatkan kesempatan itu
bukan karena pintar dengan nilai yang sempurna. Tetapi kesempatan itu didapat
karena selalu mencoba. Dan jangan lupa untuk berdoa kepada Allah Ta’ala tentang
keinginan tersebut. Terima kasih.
Link Beasiswa di Chula : https://www.grad.chula.ac.th/en/scholarship.php?type=1
Link Beasiswa di PPC Chula : https://www.ppc.chula.ac.th/index.php/applying-for-ppc/