KIMIA ANALISIS
TITRASI
REDUKSI OKSIDASI
(penetapan
kadar reduktor / oksidator )
·
Oksidasi àpelepasan
elektron
·
Reduksi à
pengikatan elektron
Oksidasi :
Fe2+ → Fe3+
+ e
Reduksi
: Ce4+ + E → Ce3+
Redoks
: Fe2+ Ce4+ →
Fe3+ + Ce3+
·
Jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor = jumlah elektron yang diikat oleh oksidator.
·
Analog dengan reaksi asam basa, dimana proton yang dilepaskan oleh
asam dan proton yang diikat oleh basa selalu sama.
·
Karena reaksi berlangsung dalam larutan air ,maka koeficien reaksi
air (H+ atau OH-) dapat diikutsertakan dalam reaksi.
Oksidasi
: Fe2+ →
Fe3+ + e …………………………… 5x
Reduksi
: MnO4- + 8 H+ + 5 e-
→ Mn2+ +
H2O
Redoks
: 5 Fe2+ MnO4
→ 8 H + 5 Fe3+ + Mn2+
+ 4 H2O
Berat Equivalent
BE = Berat Molekul/ e-
Eq = grams/BE Milliequivalent = mgrams/BE
Normality = Eq/liters Normality = meq/ml
Hasil dari titrasi Alanit (A) dengan Titran ( T) :
(mlB)(NB)(BE)
= mg T
(mgB)(100)/mg sample = % T
(mlB)(NB)(BE)(100)/mg
sample = % T
Nilai BE à 0.001 <BE<1.000 Mol
Elektron
· As2O3 + 2
O →
As2O5 BE
As2O3 = 1/2 mol(Ocl)2 +
· Ca(Ocl)2 + 4 HCl → CaCl2 + 2 H2O
+ 2 Cl2 BE Ca(Ocl)2
= ¼ mol
· H2O2 + 2
HI → 2 H2O
+ I2 BE H2O2
= ½ mol
·
2 KmnO4
+ 3H2SO4
→ K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O
+ 5 O BE KMnO4
= 1/5 mol
Bilangan oksidasi
·
Untuk
menentukan BE dapat juga dilakukan
dengan menghitung bilangan
oksidasi(tingkat oksidasi).
·
Perubahan
bilangan oksidasi menunjukkan jumlah elektron yang diikat atau dilepaskan pada
reaksi redoks.
Aturan dalam menetapka bilangan oksidasi :
·
Bilangan
oksidasi dari ion sederhana (monnoatomik) sama dengan muatannya.
·
Jumlah
bilangan oksidasi dari molekul adalah nol.
·
Jumlah
bilangan oksidasi dari atom-atom yang menyusun ion sama dengan muatan dari ion
tersebut.
·
Bilangan
oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan hidrida, masing-masing
adalah -1, 0 dan +2).
·
Bilangan
oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan hidrida, masing-masing
adalah 0 dan -1).
·
Bilangan
oksidasi dari logam, yaitu sama dengan valensinya dan diberi tanda positif.
·
MnO4-
+ 5 e- → Mn2+
MnO4-
bilangan oksidasi dari O = 4 x -2 = -8 (muatan -1)
bilangan
oksidasi dari Mn = +7
Mn7+ menjadi Mn2+
diperlukan 5 e.
BE
MnO4-= 1/5 mol
·
MnO4-
→ MnO2
MnO2 bilangan oksidasi
O = -4,
bilangan
oksidasi dari Mn = +4.
Mn7+ menjadi Mn+4
diperlukan 3 e.
BE
MnO4- = 1/3 mol
Indikator redoks
· Indikator adalah senyawa organik yang jika dioksidasi / direduksi
akan mengalami perubahan warna.
· Potensiometrik (dengan mengukur loncatan potensial larutan) juga
dapat digunakan sebgai indikator.
nok + n e → Inred
Warna indikator oksidasi tidak
sama dengan warna indikator reduksi.
Titrasi Iodometri
·
Titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri
·
Titrasi redoks yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri.
IODIMETRI
·
Untuk menentukan kadar reduktor
contoh : SO2, H2S, Zn2+ , Cd2+
, Hg2+ , Pb2+, Cisteine, glutathione, mercaptoethanol,
Glucose (dan gula-gula pereduksi lain)
·
Satu reaksi
·
Larutan standar yang digunakan adalah Iodin
(I2)
IODOMETRI
·
Untuk menentukan kadar oksidator
contoh :HOCl, Br2, IO3- , IO4-
, O2, H2O2, O3, NO2-,
Cu 2+, MnO4-, MnO2
·
Dua reaksi
·
Larutan standar: natrium tiosulfat (Na2S2O3)
Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium,
yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara
iodium
Titrasi Vitamin C
Vitamin
C ( ascorbic acid) merupakan antioxidant. Zat ini dengan mudah teroksidasi
menjadi asam dehydro ascorbic. Dalam
analisis iodometrik, ascorbic acid
dioksidasi iodine (I2).
C6H8O6 (ascorbic
acid) + I2 → C6H6O6
(dehydroascorbic acid) + 2I- + 2H+
Pelarutan
- Larutan 0.05 M larutan
iodine .
- Larutan Sodium thio sulphate .
- Padatan KI dana
larutan of KIO3
- Indicator tapioka (starch).
- Larutan vitamin-C
Sample
uji vitamin C 0.61-0.80 g ( bisa
diperoleh dalam: tablet vit C, juices; buah-buahan dll) dilarutkan dalam air.
Procedure titrasi
Membuat larutan Standar thiosulfate.
- Buat larutan KIO3 + padatan KI dan 0.5 M H2SO4.
- Campuran larutan tersebut dititrasi dengan thiosulfate
hingga warna kuning hilang.
- Ditambah indikator
tapioka/starchsampai warna menjadi biru. End point tercapai.
- Molarity sodium thio sulphate dapat dihitung.
Analisis Vitamin
C
- Ambil dengan pipet larutan
larutan sample ascorbic acid ( campuran H2SO4 + potassium iodide (KI) + standard KIO3). Kemudian
diititrasi dengan larutan thiosulfate.
- Tambah indikator sebelum end point.
- KIO3 akan bereaksi dengan KI dan membebaskan iodine (I2)
KIO3
+ 5KI + 6H+ → 3I2 + 6K+ + 3H2O
ascorbic
acid (C6H6O6) dan ion iodide (I-) terbentuk :
C6H8O6
+ I2 → C6H6O6 +
2I- + 2H+
Pada end point, akan terlihat warna biru:
Perhitungan
- Berat KIO3 = 0.664 g
- Volume I larutan standar Na2S2O3 = 23.63 cm3
- Berat sample vit C =
6.863 g
- Volume II Na2S2O3
titrasi ulang dengan I2 = 9.60 cm3
Larutan standar Na2S2O3 :
Koncentrasi molar [KIO3] = 0.664*39.1+126.9+3∗16 ÷ 250/1000 = 0.0124M
Mole KIO3 dalam 25cm3 = 0.0124 x 251000 = 3.1 x 10-4 mol
Keseimbangan reaksi KIO3 KI :
KIO3 + 5KI + 3H2SO4
→ 3I2 + 3H2O
+ 3K2SO4
Jumlah
mole yang terbebas I2 dalam 25cm3 = 3 (3.1 x 10-4) =
9.3 x 10-4 mol
2Na2S2O3 + I2
→ Na2S4O6
+ 2NaI
mole Na2S2O3
= 9.3 x 10-4 x 2 = 1.86 x 10-3 mol
Koncentrasi molar [ Na2S2O3 ] = 0.0787 M
Koncentrasi molar [ Na2S2O3 ] = 0.0787 M
Berat ascrobic Acid dalam tablet
·
Dalam
volume of Na2S2O3
dibutuhkan titrasi = 9.6 cm3
·
M
mole Na2S2O3 = Mole unreacted I2 = (7.56 x 10-4
) / 2 = 3.78 x 10-4 mol
·
Dalam
mole I2 dalam 25cm3 = 9.3 x 10-4 mol
·
Jumlah
I2 yang bereaksi dengan ascorbic acid = jumlah ascorbic acid= (9.3 -
3.78) X 10-4 = 5.52 X 10-4 mol. Setara dengan mole ascorbic acid dalam 25cm3.
·
Sehingga
total mole acid dalam larutan 250cm3 = 5.52 x 10-3mol
·
Berat
ascorbic acid = 176 (5.52 x 10-3)
= 0.972 g = 972 mg
Penentuan Cu dalam sampel Bijih Tembaga
· Suatu cara untuk menentukan Cu dalam sampel bijih tembaga
dilakukan dengan cara melarutkan sampel dengan asam nitrat.
3 Cu + 2 NO3- + 8 H+ à3 Cu2+ + 2 NO + 4 H2O
Nitrat yang ada dihilangkan dengan
asam sulfat, dinetralkan kembali dengan penambahan amonia, dan diasamkan
kembali dengan asam fosfat.
Cu (II) yang terbentuk direaksikan
secara kuantitatif (berlebih) dengan ion iodida (KI).
2 Cu2+ + 4 I- → 2 CuI + I2
Iodin (I2) yang
terbentuk dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3
dengan indikator amilum.
2 S2O32- + I2 → S4O62-
+ 2 I-
Endapan CuI yang terbentuk dapat
mengikat I2 yang akan terlepas pada saat titik akhir titrasi. Untuk
itu kalium thiosianat perlu ditambahkan untuk melepaskan I2 yang
diikat oleh CuI.
CuI : I 2 + SCN- → CuI : SCN + I2
Natrium thiosulfat (Na2S2O3)
harus distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar kalium iodat (KIO3).
Kalium iodida (KI) ditambahkan kedalam KIO3 dan I2 yang
dibebaskan dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
IO3 - + I- + 6H+
→ 3 I + 3 H O
STANDARISASI
LARUTAN Na2S2O3 DENGAN LARUTAN KIO3
- Ditimbang dengan teliti sekitar 0,3 gram KIO3 dilarutkan
dengan aquades sampai 100 mL dalam labu ukur. Larutan tersebut adalah KIO3
0,1000 N.
- Ditimbang sekitar 12,5 gram Na2S2O3.5H2O dan larutkan dengan
aquades yang telah dididihkan sampai 500 ml didalam labu ukur.
- Ambil 20,00 mL larutan KIO3 0,1000 N dengan pipet volume,
tuangkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 1 gram KI, larutan akan
berwarna coklat.
- Titrasi larutan KIO3 tersebut dengan larutan Na2S2O3 sampai
mendekati titik ekivalen (sampai larutan berwarna coklat muda atau
kuning).
- Tambahkan 2 mL larutan amilum 0,8%, larutan akan berwarna
biru.
- Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang.
- Normalitas larutan Na2S2O3 dapat dihitung.
PELARUTAN
SAMPEL
- Ditimbang dengan teliti 0,3000 gram sampel bijih tembaga di
dalam gelas kimia 250 mL. Tambahkan 5 mL larutan HNO3 4 M.
- Larutan dipanaskan dengan suhu rendah sampai sampel melarut,
kemudian diuapkan sampai berwarna putih, Biarkan agar dingin
- Tambahkan 20 mL aquades dengan hati-hati, kemudian dididihkan
sekitar 1-2 menit dan dinginkan kembali.
- Tambahkan larutan NH3 (1:1) tetes demi tetes sampai warna
biru gelap terbentuk.
- Tambahkan larutan H2SO4 6 N tetes demi tetes sampai warna biru
hampir hilang.
- Tambahkan 2 mL H3PO4 85%. Dinginkan larutan tersebut pada
suhu kamar
- Larutan dapat dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 dengan
cara berikut
TITRASI
LARUTAN SAMPEL DENGAN LARUTAN Na2S2O3.
- Tambahkan 10 mL larutan KI 40% kedalam larutan sampel diatas,
larutan akan berwarna coklat.
- Titrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sampai berwarna kuning
atau coklat muda.
- Tambah 2 mL larutan amilum, larutan akan berwarna biru. Titrasi
dilanjutkan sampai warna biru hilang. Hitung kadar Cu dalam sampel.
Penentuan Fe dalam Sample Bijih
Besi Secara Titrasi Oksidasi dengan Bikhromat
·
Besi di dalam sampel bijih besi dapat dianalisa dengan cara melarutkan sampel bijih besi kedalam HCl untuk membentuk besi (III).
Besi di dalam sampel bijih besi dapat dianalisa dengan cara melarutkan sampel bijih besi kedalam HCl untuk membentuk besi (III).
F2O3 + 6 H+ à2 Fe3+ + 3 H2O
Selanjutnya besi (III) yang
terbentuk direduksi dengan SnCl2 untuk membentuk besi (II).
2 Fe3+ + Sn2+ à Sn4+ + 2 Fe2+
SnCl2 yang ditambahkan
sebaiknya tidak berlebihan. SnCl2 yang terlalu banyak akan bereaksi
dengan HgCl2 yang ditambahkan untuk mengetahui adanya kelebihan SnCl2
yang terlalu banyak, dalam hal ini SnCl2 akan mereduksi Hg (II)
menjadi Hg logam yang berwarna abu-abu sampai hitam. Bila terjadi seperti itu
maka pelarutan sampel bijih besi diulang dari awal.
Besi (II) yang terbentuk dititrasi
dengan larutan standar kalium dikromat K2Cr2O7
dalam suasana asam dengan indikator difenil amin.
6 Fe2+ + Cr2O72- + 6H+
→ 2 Cr3+ + 6 Fe3+ + 7 H2O
Untuk menentukan kadar (%) besi (Fe) secara titrasi oksidasi reduksi dengan kalium dikhromat.
MENYIAPKAN LARUTAN STANDARD K2Cr2O7
0,1 N.
- Timbang dengan teliti sebanyak 0,2– 0,3 gram K2Cr2O7
yang telah dikeringkan didalam oven
- Larutkan dengan aquades sampai 250 mL didalam labu ukur.
Larutan ini akan menghasilkan larutan K2Cr2O7
0,1000 N.
- BE K2Cr2O7 = 1/6 Mr K2Cr2O7
MELARUTKAN SAMPEL BIJIH BESI DAN
MEREDUKSI BESI (III).
- Menimbang dengan teliti sekitar 0,5 gram sampel bijih besi
didalam beaker glass 500 mL.
- Tambahkan 10 mL larutan HCl 12 M dan tutup dengan kaca arloji
- Panaskan diatas hot plate dibawah titik didih sampai sampel
larut (sekitar 20-50 menit) yaitu larutan sampai berubah menjadi kuning,
ini menunjukkan terbentuknya besi (III)].
- Larutan diuapkan sampai sekitar 5 mL dan larutkan dengan
aquades sampai 15 mL.
- Larutan dipanaskan sampai mendidih
- Tambahkan larutan SnCl2 0,5 M tetes demi tetes
sampai warna kuning berubah menjadi warna hijau terang (kadang-kadang)
tidak berwarna. Ingat : penambahan SnCl2 jangan terlalu
berlebih.
- Larutan dipanaskan lagi
- Dinginkan sampai suhu kamar
- Tambahkan 10 mL aquades dan 10 mL larutan HgCl2
0,25M disertai dengan pengadukan. Semua sisa SnCl2 akan
teroksidasi menjadi Sn (IV).
- Biarkan sekitar 3 menit, endapan putih (Hg2Cl2)
akan terbentuk
- Bila terbentuk endapan b erwarna abu-abu atau hitam. Itu
berarti terbentuk Hg logam, larutan dibuang (preparasi diulang)
- Bila larutan tetap berwarna putih maka titrasi dengan larutan
standar K2Cr2O7 dengan cara dibawah.
- Percobaan dilakukan 3 kali.
TITRASI LARUTAN SAMPEL DENGAN
LARUTAN STANDAR K2Cr2O7
- Larutan tersebut diatas encerkan dengan aquades sampai 50 ml
dalam labu ukur.
- Ambil 10,00 mL larutan tersebut dengan pipet volume, tuangkan
ke dalam erlenmeyer 250 mL.
- Segera tambahkan 100 mL aquades, 5 mL H2SO4
(1:5), 3 mL H3PO4 85% dan 5 tetes indikator difenil
amin.
- Larutan dititrasi dengan larutan standar K 2Cr2O7
0,1000 N yang telah disiapkan.
- Percobaan dilakukan 3 kali
- Hitung kadar besi (%) yang ada dalam sampel dengan persamaan
:
FP = faktor pengenceran, dalam hal ini 50/10
Permanganometri
·
Titrasi ini dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat
dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam
oksalat yang dapat
larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung
dengan permanganometri seperti:
·
ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan
disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan
hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
·
ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4
berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat
ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
·
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar
akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan
presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
Penambahan
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
·
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara
MnO4- dengan Mn2+¬.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Penambahan
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
· Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
· Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri
yang dilaksanakan.
Latihan :
0.2640 g natrium oksalat dilarutkan dalam elmeter dan dititrasi dengan potassium permanganat, saat terjadi equivalent tercatat 30.74 mL. Reaksi kimia yang terjadi :
5Na2C2O4(aq)
+ 2KMnO4(aq) + 8H2SO4(aq) ---> 2MnSO4(aq)
+ K2SO4(aq) + 5Na2SO4(aq) + 10 CO2(g)
+ 8 H2O(l)
Ditanyakan :
a.
Tuliskan
Reaksi yang terjadi ?
b.
Berapa
mole natrium oksalat dan potasium
permanganat?
c.
Hitung
juga molaritas potasium permnaganat ?
Jawab:
a. 0.2640 g / 134.00
g/mol = 0.001970149 mol
b. Ratio molar oksalat-permanganate molar = 5 : 2
0.001970149 mol oksalat x (2
mol permanganate / 5 mol oksalat) = 0.00078806 mol permanganate
c. 0.00078806 mol / 0.03074 L = 0.02564 M
Potassium dichromate digunakan untuk mentritrasi sample bijih besi. Sample terseeebut dilarutkan dalam larutan campuraaan asam H3PO4/H2SO4 mengurangi ion Fe2+ . Kemudian larutan dititrasi degan 0.01625 M K2Cr2O7, sehingga menghasilkan ion-ion Fe3+ dan Cr3+ dalam larutan asam terse ut.Untuk mencapai euivalent poit diutuhkan 32.26 mL K2Cr2O7 untuk 1.2765 g sample.
Hitung:
(a) Reakasi keseimbangan titrasi tersebut dengan menggunakan metode ½ reaksi.
(b) Kadar (%) Fe dalam sample.
(c) Tentukan jenis samplenya (Fe(IO3)2 , Fe3(PO4)2 , atau Fe(C2H3O2)2?
Jawab:
(a): 6Fe2+ + Cr2O72¯ + 14H+ ---> 6 Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
Ratio ion dikromat : Fe : = 1/6.
(b) : Fe(II) dalam larutan :
(0.01625 mol/L)
(0.03226 L) = 0.000524225 mol dichromate
0.000524225 mol x (6 mol Fe(II) / 1 mol dichromate) = 0.00314535
mol Fe(II) 0.00314535 mol Fe(II) x 55.845 g/mol = 0.175652 g
% dalam sample= 0.175652 g / 1.2765 g = 13.76%
(c): Fe(IO3)2 à% Fe: 55.845 g/mol dibagi 405.67 g/mol = 13.77%
Fe3(PO4)2 =
46.87%
Fe(C2H3O2)2
= 32.11 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar